Mistikus Cinta

0
Sastrawan Sufi Agung

Syeikh Hamzah al-Fansuri telah banyak dibicarakan orang, namun tidak dapat dinafikan perkara-perkara baru senantiasa ditemui oleh para peneliti. Hampir semua pengkaji yang membicarakan tokoh ulama ini pada zaman modern, selalu merujuk kepada karya-karya Prof. Dr. Syed M. Naquib al-Attas. Barangkali dunia memang mengakui bahwa beliaulah orang yang paling banyak memperkenalkan Syeikh Hamzah al-Fansuri ke peringkat antar bangsa. Walau bagaimanapun apabila kita membaca keseluruhan karya Prof. Dr. Syed M. Naquib al-Attas yang membicarakan Syeikh Hamzah al-Fansuri, bukanlah berarti kita tidak perlu menelaah karya-karya lain lagi, karena apabila kita menelaah karya-karya selainnya, terutama sekali yang masih berupa manuskrip, tentu sedikit banyak kita akan menemukan perkara-perkara baru yang belum dibicarakan. Karya terkini tentang Syeikh Hamzah al-Fansuri ialah buku yang diberi judul Tasawuf Yang Tertindas Kajian Hermeneutik Terhadap Karya-Karya Hamzah Fansuri. Buku setebal 444 halaman itu dikarang oleh Dr. Abdul Hadi W.M. dan terbitan pertama oleh Penerbit Paramadina, Jakarta, 2001.

Asal-Usul Dan Pendidikan
Prof. A. Hasymi pada penyelidikannya yang lebih awal bertentangan dengan hasil penyelidikannya yang terakhir. Penyelidikan awal, ayah Syeikh Hamzah al-Fansuri nampaknya tidak ada hubungan adik beradik dengan ayah Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri. Penyelidikan terakhir beliau mengatakan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri itu adalah adik beradik dengan Syeikh Ali al-Fansuri. Syeikh Ali al-Fansuri adalah ayah dari Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri. Penyelidikan awal yang saya maksudkan ialah yang ditulis oleh Prof. A. Hasymi dalam Ruba'i Hamzah Fansuri yang dapat diambil pengertian dari kalimatnya, "Ayah Hamzah pindah dari Fansur (Singkel) ke Barus untuk mengajar, karena beliau juga seorang ulama besar, seperti halnya ayah Syeikh Abdur Rauf Fansuri yang juga ulama, sama-sama berasal dari Fansur (Singkel)" (terbitan DBP, 1976, hlm. 11). Mengenai penyelidikan Prof. A. Hasymi yang menyebut Syeikh Hamzah al-Fansuri saudara Syeikh Ali al-Fansuri atau Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri adalah anak saudara kepada Syeikh Hamzah al-Fansuri, dapat dirujuk kepada kata pengantar buku Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh karya Abdul Hadi W.M. Dan L. K. Ara, diterbitkan oleh Penerbit Lotkala, tanpa menyebut tempat dan tarikh.

Walaupun Prof. A. Hasymi belum memberikan suatu pernyataan tegas bahwa beliau memansukhkan tulisannya yang disebut dalam Ruba'i Hamzah Fansuri, namun kita terpaksa memakai penyelidikan terakhir seperti yang telah dijelaskan di atas.

Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya, Jaringan Ulama mengatakan bahwa beliau tidak yakin bahwa Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri itu benar-benar keponakan (anak saudara) Syeikh Hamzah al-Fansuri. "Sebab, menurutnya, tidak ada sumber lain yang mendukung hal itu." Bagi saya ia masih boleh dibicarakan dan perlu penelitian yang lebih sempurna dan berkesinambungan. Sebab yang dinamakan sumber pendukung suatu pendapat, bukan hanya berdasarkan tulisan tetapi termasuk cerita yang mutawatir. Kemungkinan Prof. A. Hasymi yang berasal dari Aceh itu lebih banyak mendapatkan cerita yang mutawatir berbanding penelitian barat yang banyak disebut oleh Azra. Diterima atau tidak oleh pengkaji selain beliau, berpulanglah ijtihad masing-masing orang yang berkenaan.

Dalam buku Hamzah Fansuri Penyair Aceh, Prof. A. Hasymi menyebut bahwa Syeikh Hamzah Fansuri hidup sampai akhir pemerintahan Sultan Iskandar Muda ternyata juga ada perubahan dari tulisan beliau yang termaktub dalam Ruba'i Hamzah Fansuri selengkapnya, "Hanya yang sudah pasti, bahwa beliau hidup dalam masa pemerintahan Sultan Alaidin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 H-1589-1604 M) sampai ke permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Mahkota Alam (1016-1045 H-1607-1636 M)." Yang dimaksudkan dengan "ternyata juga ada perubahan", ialah pada kalimat, "sampai ke permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda," menjadi kalimat "akhir pemerintahan Sultan Iskandar Muda."

Tarikh lahir Syeikh Hamzah al-Fansuri secara tepat belum dapat dipastikan, adapun tempat kelahirannya ada yang menyebut Barus atau Fansur. Disebut lebih terperinci oleh Prof. A. Hasymi bahwa Fansur itu satu kampung yang terletak antara Kota Singkel dengan Gosong Telaga (Aceh Selatan). Dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam, kampung Fansur itu terkenal sebagai pusat pendidikan Islam di bagian Aceh Selatan. Pendapat lain menyebut bahwa beliau dilahirkan di Syahrun Nawi atau Ayuthia di Siam dan berhijrah serta menetap di Barus.

Drs. Abdur Rahman al-Ahmadi dalam kertas kerjanya menyebut bahwa ayah Syeikh Hamzah al-Fansuri bernama Syeikh Ismail Aceh bersama Wan Ismail dan Po Rome atau Po Ibrahim (1637- 1687 M) meninggal dunia dalam pertempuran melawan orang Yuwun (Annam) di Phanrang. Bahwa Syeikh Ismail Aceh itu pernah menjadi gubernur di Kota Sri Banoi menggantikan Gubernur Wan Ismail asal Patani yang melepaskan jabatan itu karena usianya yang lanjut. Drs. Abdur Rahman Al-Ahmadi berpendapat baru, dengan menambah Syahrun Nawi itu di Sri Banoi Sri Vini, selain yang telah disebutkan oleh banyak penulis bahwa Syahrun Nawi adalah di Siam atau Aceh.

Dalam Patani, yaitu antara perjalanan dari Patani ke Senggora memang terdapat satu kampung yang dinamakan Nawi, berkemungkinan dari kampung itulah yang dimaksudkan seperti yang termaktub dalam syair Syeikh Hamzah al-Fansuri yang menyebut nama Syahrun Nawi itu. Kampung Nawi di Patani itu barangkali nama asalnya memang Syahrun Nawi, lalu telah diubah oleh Siam hingga bernama Nawi saja. Syahrun Nawi adalah di Patani masih boleh diperkirakan, karena pada zaman dulu Patani dan sekitarnya adalah suatu kawasan yang memang ramai ulamanya. Saya telah sampai ke kampung tersebut (1992), berkali-kali karena mencari manuskrip lama. Beberapa buah manuskrip memang saya peroleh di kampung itu. Lagi pula antara Aceh dan Patani sejak lama memang ada hubungan yang erat sekali. Walau bagaimanapun Prof. A. Hasymi menyebut bahwa Syahrun Nawi itu adalah nama dari Aceh sebagai peringatan bagi seorang Pangeran dari Siam yang datang ke Aceh pada masa silam yang bernama Syahir Nuwi, yang membangun Aceh pada zaman sebelum Islam.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri telah belajar berbagai ilmu yang memakan masa lama. Selain belajar di Aceh sendiri beliau telah mengembara ke pelbagai tempat, di antaranya ke Banten (Jawa Barat), bahkan sumber yang lain menyebut bahwa beliau pernah mengembara keseluruh tanah Jawa, Semenanjung Tanah Melayu, India, Parsi dan Arab. Dikatakan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri sangat mahir dalam ilmu-ilmu fikih, tasawuf, falsafah, mantiq, ilmu kalam, sejarah, sastra dan lain-lain. Dalam bidang bahasa pula beliau menguasai seluruh sektor ilmu Arabiyah, fasih dalam ucapan bahasa itu, bahasa Urdu, Parsi, Melayu dan Jawa.

Karya-Karyanya
Syeikh Hamzah al-Fansuri dapat digolongkan kepada peringkat awal dalam menghasilkan karya puisi/sastra dalam bahasa Melayu, sangat menonjol terutama sekali dalam sektor sufi. Lebih tersebar lagi kemasyhurannya karena terjadi kontroversi yang dilemparkan oleh orang-orang yang tidak sependapat dengannya yang dimulai dengan karya-karya Syeikh Nuruddin ar-Raniri, berlanjut terus hingga sampai hari ini karya-karya Syeikh Hamzah al-Fansuri selalu dibicarakan dalam forum-forum ilmiah. Di bawah ini saya coba menguraikan karya beliau yang telah diketahui, yaitu:

  1. Syarb al- 'Asyiqin atau Zinatul Muwahhidin. 
  2. Asrar al-'Arifin fi Bayan 'Ilm as-Suluk wa at-Tauhid. 
  3. Al-Muntahi. 
  4. Ruba'i Hamzah Fansuri. 
  5. Kasyf Sirri Tajalli ash-Shibyan. 
  6. Kitab fi Bayani Ma'rifah. 
  7. Syair Si Burung Pingai. 
  8. Syair Si Burung Pungguk. 
  9. Syair Sidang Faqir. 
  10. Syair Dagang. 
  11. Syair Perahu. 
  12. Syair Ikan Tongkol. 

Keterangan lengkap mengenai data karya Syeikh Hamzah al-Fansuri dapat dirujuk dalam buku yang saya susun berjudul Al-Ma'rifah Pelbagai Aspek Tasawuf Nusantara, jilid 1. Senarai yang tersebut di atas merupakan maklumat yang terlengkap buat sementara dan akan ditambah lagi jika terdapat maklumat baru yang belum termuat dalam senarai di atas.

Mengakhiri artikel ini di sini perlu dijelaskan bahwa makam Syeikh Hamzah al-Fansuri telah ditemui sebagaimana ditulis oleh Dada Meuraxa: "Di satu kampung yang bernama Obor terletak di hulu Sungai Singkil, terdapat makam ulama dan pujangga Hamzah Fansuri. Makam itu bertulis : Inilah makam Hamzah Fansuri Mursyid Syeikh Abdurrauf = Hamzah Fansuri guru Syeikh Abdur Rauf."

Mengenai tahun wafat Syeikh Hamzah al-Fansuri secara tepat selama ini tidak pernah disebut. Tetapi Azra dalam Jaringan Ulama menyebut bahwa ulama sufi itu wafat pada tahun 1016 H/1607 M. Disebutkan tahunnya itu sekalian membantah bahwa Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri (Al-Sinkili, menurut istilahnya) "tidak mungkin bertemu dengan ulama sufi itu", menurutnya "Al-Sinkili bahkan belum lahir".

Seolah-olah Azra menolak mentah-mentah tahun kelahiran Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri yang disebut oleh A. Hasymi tahun 1001 H/1592 M itu, kemungkinan dia berpegang pada tahun kelahiran 1024 H/1615 M, atau pendapat lain 1620 M, sedangkan tahun kewafatan Syeikh Hamzah al-Fansuri yang disebutnya 1016 H/1607 M itu belum tentu betul. Wallahu a'lam.

Papan Tanda Masuk ketempat Makam Syeikh Hamzah Fansuri

Tampak dari depan Makam Syeikh Hamzah Fansuri

Makam Syeikh Hamzah Fansuri

Makam Syeikh Hamzah Fansuri yang terletak di Ujung Pancu Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, menuju makam Syeikh Hamzah Fansuri membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit dengan menyusuri jalan setapak dengan kerindangan pohon kicauan burung dan deru ombak disebelah kanan dan dapat kita lihat view jauh kota banda aceh dan birunya samudera luas.... Subhanallah (Sumber: TravelLink)

Setya Sastrodimedjo

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Syeikh Hamzah al Fansuri | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top